Rabu, 12 Mei 2010

peralatan dan perlengkapan hidup

Latar Belakang
Asal usul bangsa Lampung adalah dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat. Dari dataran Sekala Brak inilah bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu Way Komering, Way Kanan, Way Semangka, Way Seputih, Way Sekampung dan Way Tulang Bawang beserta anak sungainya. Hal ini berimbas pula pada sistem mata pencaharian dan peralatan hidup yang digunakan. Peralatan dan perlengkapan hidup yaitu perlengkapan atau alat-alat yang digunakan dalam suatu masa (peredaran hidup). Namun, ada perbedaan antara peralatan dengan perlengkapan. Peralatan sifatnya sangat penting, dapat dikatakan merupakan kebutuhan pokok. Sedangkan perlengkapan sifatnya hanya sebagai barang komplementer, merupakan alternatif pengganti apabila tidak ada peralatan pokok. Dalam kehidupan masyarakat Lampung terdapat peralatan khusus untuk menangkap ikan, berburu, bercocok tanam, dan adapula perlengkapan-perlengkapan hidup seperti pakaian adat dan perlengkapan adat.



A. Peralatan Untuk Menangkap Ikan
1. JAGHING/JARING
Jaring Insang

Jaring insang adalah jaring berbentuk empat persegi panjang, mata jaring berukuran sama dilengkapi dengan pelampung pada bagian atas dan pemberat pada bagian bawah jaring. Dioperasikan dengan tujuan menghadang ruaya gerombolan ikan oleh nelayan secara pasif dengan ukuran mesh size. Alat penangkap ini terdiri dari tingting (piece) dengan ukuran mata jaring, panjang, dan lebar yang bervariasi. Dalam operasi biasanya terdiri dari beberapa tinting jaring yang digabung menjadi satu unit jaring yang panjang, dioperasikan dengan Jaring insang adalah jaring berbentuk empat persegi panjang, mata jaring berukuran sama dilengkapi dengan pelampung pada bagian atas dan pemberat pada bagian bawah jaring. Dioperasikan dengan tujuan menghadang dihanyutkan, dipasang secara menetap pada suatu perairan dengan cara dilingkarkan atau menyapu dasar perairan. Contohnya jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring insang tetap(set gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), jaring insang klitik (shrimp gillnet), dan trammel net.


Jaring Angkat

Jaring angkat adalah suatu alat pengkapan yang cara pengoperasiannya dilakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Alat ini terbuat dari nilon yang menyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya relatif kecil yaitu 0,5 cm. Bentuk alat ini menyerupai kotak, dalam pengoperasiannya dapat menggunakan lampu atau umpan sebagai daya tarik ikan. Jaring ini dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap atau dengan tangan manusia. Alat tangkap ini memiliki ukuran mesh size yang sangat kecil dan efektif untuk menangkap jenis ikan pelagis kecil. Kecenderungan jaring angkat bersifat destruktif dan tidak selektif. Contoh jaring angkat adalah bagan perahu atau rakit (boat / raft lift net), bagan tancap (bamboo platform lift net), dan serok (scoop net).


2. KAWIL (PANCING)

Pancing adalah salah satu alat penangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu : tali (line) dan mata pancing (hook). Jumlah mata pancing berbeda-beda, yaitu mata pancing tunggal, ganda, bahkan sampai ribuan. Prinsip alat tangkap ini merangsang ikan dengan umpan alam atau buatan yang dikaitkan pada mata pancingnya. Alat ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu tali dan mata pancing. Namun, sesuai dengan jenisnya dapat dilengkapi pula komponen lain seperti : tangkai (pole), pemberat (sinker), pelampung (float), dan kili-kili (swivel). Cara pengoperasiannya bisa di pasang menetap pada suatu perairan, ditarik dari belakang perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan, dihanyutkan, maupun langsung diulur dengan tangan. Alat ini cenderung tidak destruktif dan sangat selektif. Pancing dibedakan atas rawai tuna, rawai hanyut, rawai tetap, pancing tonda, dan lain-lain.

3.BUBU/BUBEU

Perangkap adalah salah satu alat penangkap yang bersifat statis, umumnya berbentuk kurungan, berupa jebakan dimana ikan akan mudah masuk tanpa adanya paksaan dan sulit keluar karena dihalangi dengan berbagai cara. Bahan yang digunakan untuk membuat perangkap : bamboo, rotan, kawat, jaring, tanah liat, plastic, dan sebagainya. Pengoperasiannya di dasar perairan, di permukaan perairan, di sungai daerah arus kuat, dan di daerah pasang surut. Alat ini cenderung selektif karena ikan terperangkap di dalamnya. Meskipun cenderung tidak destruktif, namun untuk jermal (stow net) maka pengaturan mesh size jaringannya dan juga lokasi pemasangannya harus sesuai. Contoh perangkap adalah sero (guiding barrier), jermal (stow net), bubu (portable trap) dan perangkap lain.

4.JALA

Jala adalah alat penangkap yang berbentuk seperti kerucut dan terdiri dari badan jaring (kantong), pemberat yang dipasang mengelilingi mulut dan tali yang diikatkan pada bagian ujung jaring agar tidak terlepas pada waktu dioperasikan. Tujuan utamanya untuk mengurung ikan dan udang dari atas dngan cara menebarkan alat tersebut.

5.TUMBAK
adalah alat penangkap yang terdiri dari batang (kayu, bambu) dengan ujungnya berkait balik (mata tombak) dan tali penarik yang diikatkan pada mata tombak. Tali penariknya dipegang oleh nelayan kemudian setelah tombak mengenai sasaran tali tersebut ditarik untuk mengambil hasil tangkapan.
6. KUGHI
Terbuat dari onak atau duri daun rotan yang diberi daun pepaya dan digunakan untuk menangkap ikan gurame.

7. SESEGH
Terbuat dari strimin, bentuknya ada yang bundar dan ada yang persegi. Digunakan untuk menyeser ikan/udang kecil di sepanjang aliran sungai bagian tepi, kadang-kadang ke tengah bila sungai tidak terlalu dalam. Ada juga sesegh yang diberi tali dan tangkai yang panjang untuk menyeser ikan/udang di tengah sungai yang lebih dalam. Sesegh tersebut dinamai Sesegh Betakkai


8. TANGGUK
Dibuat seperti gayung (bertangkai) dengan permukaan yang lebar, dasarnya terbuat dari rajutan seperti strimin. Digunakan untuk menangguk/memindahkan ikan dari tempat yang dialirkan airnya atau tempat yang keruh. Di daerah lain terdapat waghing, yaitu perpaduan antara sesegh dan tanggguk.

9. CABUH
Mirip dengan bubu, tapi dalam posisi tegak. Digunakan untuk menangkap ikan dari tempat yang dangkal airnya dengan cara menghujamkan alat tersebut.

10. SEGHIDING
Mirip bubu, tetapi di pasang dalam posisi tegak di sungai yang lebih dalam. Bentuknya lebih besar, kuat, dan lebih bulat dari bubu.

B. Alat-alat Pertanian
1.Candung/Besi Bekuk (golok)
Terbuat dari bahan besi. Fungsinya untuk memotong dan membelah kayu.


2. Beliung (kapak penebang)
Terbuat dari bahan besi, bentuk seperti pahat, dijepit kayu berbingkai dan di ikat dengan tali dari kulit kerbau, bergagang bengkok. Sangat berguna untuk membuka hutan lebat.


3. Aghit (sabit)
Terbuat dari mata besi bengkok, bergagang kayu. Fungsinya sebagai alat untuk menebas semak belukar dan merumput.

4. Kapak Peril
Terbuat dari mata besi dan bergagang kayu. Fungsinya sebagai alat untuk mengambil kayu bakar atau pohon kayu kecil.

5. Tugal

Terbuat dari bahan kayu yang diruncingkan ujungnya. Fungsinya sebagai alat untuk membuat lubang di tanah ladang,guna memasukkan bibit padi.
6. Tembilang (linggis)
Bergagang kayu panjang, bermata panjang dan agak lebar. Fungsinya untuk menggali lubang guna menanam tajar panjatan lada, untuk menanam tsnsmsn keras.
7. Paccul (cangkul)
Matanya terbuat dari besi, sedangakan gagangnya terbuat dari kayu. Fungsinya adalah untuk membalikkan tanah di sawah atau ladang atau untuk membersihkan rumput-rumput.

8. Koghet
Bergagang kayu dan matanya terbuat dari bahan besi. Fungsinya untuk membersihkan rumput di ladang.
9. Laduk
Semacam golok, tatapi digunakan untuk memotong atau menyembelih ternak.

10. Giling Kamata
Terbuat dari bahan batang kayu bulat-bulat, diberi gerigi, dan ditarik oleh kerbau atau sapi. Fungsinya untuk membalik-balikkan atau menghancurkan tanah di sawah agar menjadi Lumpur.


11. Giling Gelingging
Semacam Giling Kamata,

12. Garu Pengrata
Terbuat dari bahan kayu atau papan lebar 10 cm, diberi ruji-ruji tajam, ditarik oleh kerbau atgau sapi. Fungsinya untuk meratakan tanah sawah, pada bagian tanah yang tinggi di tekan ke bawah dan diratakan pada tanah yang rendah. Gunanya agar sawah menjadi rata, untuk membagi air sawah.


13. Upih
Semacam perahu, fungsinya untuk mengangkut tanah lumpur sawah untuk di pindahkan ke tempat yang rendah.


14. Getas
Matanya terbuat dari besi dan dijepit dengan kayu pegagang. Fungsinya sebagai alat untuk menuai padi.



15. Barunang
Terbuat dari anyaman rotan dan bambu. Digunakan sebagai alat untuk membawa hasil pertanian.

16. Sapal
Terbuat dari anyaman rotan. Fungsinya sebagai alat untuk menjemur gabah, lada, kopi, dan cengkeh agar tidak bercampur dengan tanah dan batu.

17. Lesung dan Alu

Terbuat dari bahan kayu balok, sedangkan alunya dari kayu bulat. Fungsinya sebagai alat untuk menumbuk padi, beras, dll.

C. Peralatan Berburu
1. Serapang
Yaitu alat untuk berburu binatang buas.
2. Payan ( tombak)
Sama dengan serapang
3. Sumpit
Merupakan alat untuk berburu burung
4. Pinja
Yaitu alat untuk menjerat ayam hutan.

D. Peralatan Perkebunan
1. Bebalong, terbuat dari anyaman rotan untuk mengangkut hasil perkebunan.
2. Tembilung atau Sempalung, terbuat dari pelepah daun pinang, yang disebut takung. Fungsinya untuk menampung getah damar sewaktu menakiknya.
3. Bakul Pengunduh Lada, terbuat dari anyaman rotan, diberi berkait agar dapat di gantung di tangga. Fungsinya untuk wadah dalam memetik cengkeh atau lada.
4. Ambon, yaitu tali pengikat yang di gunakan untuk pengikat badan orang yang mencari getah damar dengan cara dililitkan pada batang.
5. Berunang, terbuat dari anyaman rotan, sebagai wadah untuk menyimpan lada atau cengkeh.

E. Perlengkapan Peralatan Makan
Terbuat dari tanah liat, bambu, rotan, tempurung, dan kayu. Bentuk-bentuknya :
1. Tudung saji
2. Tempat sayur
3. Tempat nasi
4. Belangau
5. Piring, sendok, dan mangkuk
F. Peralatan Dapur Tradisional
1. Gayoh, terbuat dari tanah liat atau bahan logam. Fungsinya untuk memasak nasi, mrebus air, atau makanan lainnya.
2. Belangou, dibuat dari tanah liat untuk memasak sayur (menggulai)

3. Sinduk, terbuat dari tempurung, fungsinya untuk mengaduk gulai dan menyiduknya.

4. Haru (cetung), terbuat dari kayu/bambu. Funfsi untuk mengaduk nasi di periuk.
5. Ceculi atau sadek, terbuat dari besi untuk membantu menggoreng agar tidak panas pada waktu membalikkan gorengan.
6. Penggalu, terbuat dari bahab kayu yang keras dan tahan lama. Dipakai untuk mengaduk dodol pada belanga.
7. Dandang, terbuat dari tembaga/perunggu. Fungsinya sebagai alat untuk memasak air/nasi.
8. Lekor, terbuat dari rotan digunakan untuk meletakkan atau mengangkat belanga atau rayoh.
9. Kukusan, terbuat dari anyaman bambu untuk memesak nasi/ketan.
10. Niru, terbuat dari anyaman bambu/rotan. Fungsi sebagai alat untuk menampi padi/beras. Niru yang berbentuk bundar disebut tampah.

G. Pakaian
1. Kikat
Merupakan ikat kepala pria dibuat dari bahan kain rampan guna melindungi kepala. Cara memakainya dengan mengikatkan pada kepala
2. Katupung (kopiah/peci)

Tutup kepala berbentuk bujur telur berwarna hitam dibuat dari kain beludru. Peci ini digunakan untuk pakaian sehari-hari dan juga untuk pakaian resmi.
3. Kakumbut (kerudung)
Selendang ikat kepala dililitkan pada kepala wanita dewasa. Bagi kaum ibu, kerudung ini dapat berubah menjadi alat penggendong bayi.
4. Tudung
Topi yang berbentuk kukusan / kerucut tumpul, dibuat dari anyaman rotan / bambu. Fungsinya untuk penutup kepala dan wadah pakaian bila mandi.
5.Tupi / Tupoi (topi)

Dibuat dari anyaman rotan, pandan, bambu, serta kain tebal yang digunakan para petani untuk melindungi kepala dari serangan matahari.
6. Kawai (baju)
Baju pria terdiri dari bentuk teluk belanga, belah buluh, dan piama. Sedangkan untuk wanita nenggunakan baju kurung. Pakaian adat lampung yaitu tapis.

7. Bakiak
Alat pelapis kaki dibuat dari bahan kayu atau papan tebal.



H. Perlengkapan Adat


Payung Agung
Payung Agung, salah satu tanda keagungan dan kebesaran Sai Batin sebagai pengayom masyarakat yang dipimpinnya. Payung Agung Sai Batin dapat berwarna apa saja, kecuali warna hijau.
Payung Agung selalu dikembangkan menyertai langkah Sai Batin. Apabila Sai Batin berkunjung ke Jukkuan maka payung agung dikembangkan guna memayungi pada saat proses arak-arakan. Apabila Sai Batin masuk ke dalam rumah/ruang perhelatan Jukkuan yang sedang nayuh maka payung agung tetap dikembangkan di belakang tempat duduk Sai Batin.
Apabila Sai Batin tidak bisa hadir sendiri dan mengirim utusan, maka yang ditegakkan di depan rumah tetapi tidak dikembangkan (dibiarkan kuncup) adalah Payung Songsong Kuning, tanda bahwa utusan Sai Batin yang hadir di dalam rumah empunya hajat. Begitupun saat prosesi arak-arakan, payung songsong kuning tetap ditampilkan mengiring disamping wakil Sai Batin tetapi tidak dikembangkan. Utusan yang mewakili Sai Batin tetap dipayungi dengan payung lain warna hijau. Sementara songsong kuning Sai Batin tetap ikut diarak dalam keadaan tidak mengembang (kuncup).
Namun sejak tahun 1950 mulai ada Kepala Jukku yang membuat payung agung. Maksudnya, agar setiap kali Sai Batin memenuhi permohonan masyarakat hadir di Jukkuannya, payung agung sudah tersedia. Perkembangan berikutnya agak menyimpang, payung agung itu juga digunakan sebagai payung kebesaran Jukkuan. Pangeran Edward melihat kenyataan itu dan akhirnya dengan penuh kearifan, memutuskan setiap Jukkuan memperoleh anugerah perkenan pemakaian payung agung Sai Batin. Hanya payung agung Jukkuan harus berwarna hijau. Payung Jukkuan ini disebut Payung Kanggal.
Payung Kanggal Jukkuan berwarna hijau. Selain payung agung warna hijau, adalah warna payung agung Sai Batin.
Jukkuan juga diperkenankan memiliki Payung Kanggal lebih dari satu. Bahkan boleh digunakan secara sekaligus dalam upacara nayuh – tayuhan. Hal ini untuk mengatasi apabila Mulli Jukuan Baya dipayungi dan Mulli Jukkuan Kuwakhi juga dipayungi. Kedua-duanya boleh dipayungi oleh anak buah masing-masing. Juga apabila ada Jukkuan hasil pemekaran. Arak-arakan dalam upacara nayuh pemekaran Jukkuan ini, Mulli Jukkuan Pakkal (asal) dan Mulli Jukuan yang nayuh (pemegang Jukkuan baru) sama-sama dipayungi. Hanya, hal tersebut dapat dilakukan apabila Sai Batin atau yang mewakili tidak hadir dalam arak-arakan upacara Tayuhan Jukkuan.
Payung Agung Sai Batin dan Payung Kanggal ini memiliki bentuk yang khas dengan penutup kain bersulam manik-manik warna mencolok dan mengkilat. Tangkai payung panjang bersaput kain warna mencolok, atap berbentuk lingkaran dengan jeruji anyam ke arah as tiang penyangga. Tepian ujung lingkaran atap payung berhias rumbai aneka warna yang menjuntai dan bersinaran apabila tertimpa cahaya.

Lalamak,TitiKuya,JambatAgung

Lalamak, berupa tikar anyaman daun pandan yang dialas kain panjang dengan dijahitkan. Sedangkan Titi Kuya adalah talam terbuat dari kuningan. Talam ini diletakkan di atas lalamak. Setiap lembar lalamak ditempatkan dua titi kuya. Jambat Agung adalah selendang tuha atau angguk khusus segi empat yang diletakkan di atas titi kuya. Ketiga peralatan upacara adat ini berfungsi sebagai satu kesatuan dalam menyediakan titian atau alas menapak Sai Batin pada saat berjalan memasuki tempat perhelatan setelah selesai upacara arak-arakan.
Ketiga alat menjadi satu paket rangkaian, dan biasanya disiapkan lebih dari satu paket sambung sinambung. Tiap alat dipegang sambung menyambung oleh perempuan-perempuan berpasangan, berjajar dan duduk bersimpuh di permukaan tanah. Lalamak-Titi Kuya-Jambat Agung satu rangkaian padu alas langkah Sai Batin. Setelah Sai Batin menapakkan langkah kakinya di atas lapisan tiga alat tersebut, maka perempuan pemegangnya harus membawa alatnya menyambung ke arah depan Sai Batin melangkah. Jangan sampai telapak kaki Sai Batin langsung menginjak tanah sampai dengan tempat duduknya.
Lalamak, Titi Kuya, dan Jambat Agung adalah gambaran kesetiaan, pengabdian sekaligus kasih sayang masyarakat adat Kepaksian Pernong terhadap Sai Batinnya.


Perempuan pembawa Lalamak, Titi Kuya dan, Jambat Agung ditugaskan kepada nabbai ni sekedau tayuhan dipilih yang masih muda, lincah, sopan, dan penuh disiplin. Mereka harus bukan perempuan sembarangan.
Pada saat kaki Sai Batin menginjak, para pemegang wajib tetap memegang alat tersebut, dilarang ditarik sebelum kaki Sai Batin lewat. Karena salah satu tanda kebesaran dan keagungan Sai Batin terletak pada saat kakinya menginjak lalamak. Setelah kaki Sai Batin lewat (ngejapang) baru diangkat dan dibawa berpindah ke posisi berikutnya.

Penattap Imbukh Tongkat Sangga Baya
Tongkat Sangga Baya dikenal sebagai Penattap Imbukh. Di Kepaksian Pernong tidak dikenal Penattap Imbukh Jukkuan. Tongkat Sangga Baya ini berfungsi sebagai penujuk arah perjalanan. Tongkat ini salah satu tanda kebesaran Sai Batin dan hanya dipakai dalam prosesi arak-arakan Paksi. Hanya Sai Batin yang boleh menggunakan Penattap Imbukh karena alat kebesaran ini mempunyai sejarah panjang yang sangat khusus.

Alat dan Peralatan di Rumah Upacara Nayuh
Apabila Sai Batin hadir, selain alat-alat prosesi adat juga disiapkan alat dan perlengkapan di rumah atau lokasi Upacara Tayuhan.
Alat-alat yang disiapkan di rumah itu antara lain :
(1) Laluhukh Bejutai;
(2) Kelambu sekurang-kurangnya 5 lapis sampai tak terbatas;
(3) Kasur sekurang-kurangnya 5 taka (lapis) sampai tak terbatas;
(4) Battal Agung atau bantal besar sebanyak 10-12 buah;
(5) Lalangsi minimal 5 buah;
(6) Lappit Pesikhihan sebanyak 2 lembar.



Caccanan
Caccanan atau alat pegang-pakai. Caccanan ni Jukkuan Paksi, alat pegang-pakai yang dianugerahkan oleh Sai Batin kepada Jukkuan Paksi. Setiap Jukkuan Paksi mendapat kehormatan untuk naccan (memegang – memakai) alat kebesaran Sai Batin. Caccanan tersebut ditugaskan kepada Jukkuan untuk dipegangpakai pada saat upacara adat, didasarkan pada pertimbangan :
(1) Aspek historis Jukkuan;
(2) Jasa Jukkuan terhadap Kepaksian Pernong dan Sai Batin terdahulu;
(3) Alat-alat tertentu, seperti Tanduan, dipegang oleh Jukkuan yang masih mempunyai kedekatan hubungan darah dengan Sai Batin.
Pangeran Edward sendiri menengarai, alat-alat kebesaran Sai Batin dipegang atau dipakai oleh orang-orang yang secara turun temurun bertugas memegang atau memakai alat tersebut. “Bagi mereka ini kebanggaan dan kehormatan, bahkan merupakan bagian dari identitas diri mereka. Tugas ini mereka emban dan pertahankan sebaik-baiknya. Mereka pantang menyerah menjalankan tugasnya. Mereka mempertaruhkan kehormatannya untuk setia mengemban tugas tersebut,” papar Pangeran Edward.

Busana

1. Baju Jas
Baju adat berupa Jas (laki-laki) berupa jas tutup dengan kancing khusus. Warna kain hitam atau biru tua coklat tua. Semua masyarakat adat dapat menggunakan busana adat jas tutup ini. Beda penggunaan karena kedudukan (jenjang gelar) ditandai pada tukkus (penutup kepala) dan lipatan kain sarung yang dibalutkan di pinggang secara serong, bagian lipatan lancip di sisi pinggang hingga pertengahan paha.
2. Serong Gantung dan Sarung Gantung
2.1 Serong Gantung di Kiri : mutlak hanya dikenakan oleh Sai Batin atau anak tertua laki-laki dari Sai Batin (putra mahkota). Dalam satu generasi Sai Batin hanya ada seorang yang mengenakan busana adat dengan kain serong gantung kiri.
2.2 Serong Gantung Kanan : sebenarnya pengenaan kain serong gantung kanan hanya diperuntukkan bagi masyarakat adat bergelar Raja dan Batin. Sampai saat ini, semua lapisan masyarakat adat menggunakan serong gantung kanan. Untuk itu, kini telah diterbitkan ketentuan penggunaan kain serong gantung kanan sebagai berikut:
2.3.1 Serong Gantung Kanan: sarung yang dipakai ujung sarung bagian bawah dinaikkan sedikit serong ke kanan tetapi tidak terlalu tinggi. Sarung gantung kanan ini dikenakan mereka yang bergelar Radin, Minak, Kemas, dan Mas.
2.3.2 Serong Babakh Atung : sarung yang dikenakan setengah tiang, bagian bawahnya lurus dengan posisi sedikit di bawah lutut. Sama persis dengan sarung gantung Melayu. Pemakainya seluruh masyarakat adat Kepaksian Pernong yang belum mendapat anugerah gelar dari Sai Batin. Kain ini biasanya berupa kain tapis, kain tradisional adat Lampung. Sering pula disebut sebagai kain buppak.
3. Tukkus
Tukkus adalah penutup kepala semacam kopiah, yang bentuknya khas Lampung. Terbuat dari kain songket. Dijahit dan dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai gajah bergaya – berlagak dengan belalainya. (Menyungsung Roma).
Dalam busana adat Kepaksian Pernong ada dua macam tukkus.
(1) Tukkus dengan “belalai dan tidak berekor”. Tukkus ini mutlak hanya dipakai oleh Sai Batin.
(2) Tukkus “berbelalai sekaligus berekor” yang dipakai oleh mereka yang beradok Raja dan Batin. Bentuk belalai dan ekor, bisa dikreasikan seindah mungkin.
Anggota masyarakat adat yang bergelar Radin ke bewah serta mereka yang belum mendapatkan anugerah gelar dari Sai Batin, cukup mengenakan kopiah biasa. Namun, apabila mereka ini mendapat tugas khusus, misalnya membacakan penattahan adok (SK penganugerahan gelar), yang bersangkutan atas perintah Sai Batin dapat saja mengenakan takkus

Pusaka-pusaka Istana dan Pusaka Pribadi
Suatu ketika, Pangeran Edward memperlihatkan sebuah tongkat komando yang cukup panjang. Sekitar 60 cm. Terbuat dari kayu dan terlihat coklat tua mengkilap. Sebagaimana layaknya tongkat komando, memanjang lebih besar sedikit dari ibu jari tangan orang dewasa. Tampak seperti tongkat komando biasa. Tetapi ketika diperhatikan dengan seksama, di sepanjang permukaan tongkat komando terdapat goresan-goresan lembut yang berupa tulisan dalam huruf dan bahasa Lampung. Untuk membacanya, perlu dibersihkan dengan cara dilap menggunakan kain halus secara perlahan dan terus menerus. Setelah itu, ke atas permukaannya diusap-usapkan tepung beras putih. Setelah merata pada bagian yang terdapat lekukan garis huruf akan terisi tepung halus dan permukaan tanpa lekukan akan tetap coklat. Karenanya guratan dan goresan huruf itu bisa terbaca. Konon, berisi pesan-pesan penting dalam menjalankan amanah sebagai pemimpin. Tongkat ini peninggalan para Sai Batin terdahulu dan tersimpan dengan baik sampai saat ini.
Disamping keris Istinjak Darah, seperti telah diceritakan pada bagian terdahulu, Kepaksian Pernong juga memiliki begitu banyak keris, tombak, dan pedang. Dalam ingatan Pangeran Edward, disamping sejumlah keris pusaka yang tersimpan rapih, kakeknya pernah memperlihatkan begitu banyak keris tanpa penutup, tanpa tangkai pegangan. Besi-besi keris itu teronggok begitu saja di kotak-kotak kayu. Pangeran Edward kemudian membersihkan dan memperbaiki, melengkapi keris-keris itu. Kini, sebagian dari keris itu sudah diberi sarung dan tangkai yang bagus. Beberapa di antaranya telah dianugerahkan kepada sejumlah Raja Jukkuan, para Penggawa dan orang-orang yang dipandang pantas.
Pangeran Edward sendiri menerima warisan keris pusaka keluarga turun temurun. Semuanya memiliki keelokan dan keindahannya sebagai karya seni budaya bangsa yang sangat tinggi. Semua dipelihara dengan baik oleh Pangeran Edward. Ada keris yang diberi nama Surya Penantang, keris yang berkali-kali dibawa Pangeran Edward ke berbagai kesempatan.

Perkembangan Perlengkapan dan Peralatan Rumah Tangga Masyarakat Lampung
Seiring dengan perkembangan zaman, peralatan dan perlengkapan hidup banyak mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan teknologi yang makin pesat berkembang. Jika dulu masyarakat masih menggunakan alat-alat dari bahan-bahan tradisional seperti kayu, bambu, rotan, tempurung, tanah liat, dll maka kini banyak berubah menjadi alat-alat modern yang dibuat dari bahan logam.
• Dahulu orang mengolah tanah di sawah/ladang dengan menggunakan cangkul, namun kini ada alternatif lain yaitu dengan menggunakan bajak.
• Perlengkapan rumah tangga, seperti piring, sendok, mangkuk, dll yang terbuat dari tempurung, kayu, dll kini berubah menjadi alat-alat modern yang terbuat dari bahan logam.
Walaupun banyak perlengkapan yang bahan pembuatnya berubah menjadi lebih modern, namun alat-alat tradisional masih banyak yang di lestarikan, seperti pakaian dan perlengkapan adat.

Tari Pendet

Denpasar - Malaysia mencatut tari pendet dalam iklan pariwisatanya. Masyarakat Bali pun protes karena tari pendet sudah menjadi budaya masyarakat Bali selama ratusan tahun.

Awalnya tari pendet merupakan tarian yang disajikan di Pura untuk acara keagamanaan Hindu dan menyambut Dewa dan Dewi. Tari Pendet diciptakan dengan semangat ngayah (sukarela) sebagai persembahan pada para Dewa. Diakui dibuat secara komunal bukan perseorang.

"Inilah salah satu kesulitan untuk mendaftarkan tari Pendet ke HAKI," keluh
Anggota DPD RI asal Bali Ida Ayu Agung Mas di sela-sela protes para seniman Bali di Art Center, Jl Nusa Indah, Denpasar, Bali, Sabtu (22/8/2009).

Pada tahun 1950, tari pendet digubah menjadi tarian sekuler agar bisa menjadi tontonan umum. Salah satu tokoh yang menggubah tari pendet adalah Nuh Arini. Pada saat itu para seniman berharap tari pendet bisa digunakan untuk menjadi kegiatan pariwisata. Berbagai modifikasi pun dilakukan dalam tarian ini. Lahirlah tari pendet versi pertunjukan.

Pada tahun 1961 Wayan Berata, menyempurnakan tari pendet versi pertunjukan. Jika biasanya tari pendet dibawakan oleh dua orang, Wayan menambahnya menjadi empat orang. Dalam versi keagamaan, gadis-gadis membawakannya dalam pakaian adat untuk sembahyang. Dalam versi pertunjukan baju para penari dirubah menjadi cerah dan gemerlap.

Tahun 1962 tari Pendet disajikan secara kolosal oleh 3.000 penari pada pembukaan Asean Games.

Kini tari Pendet dibawakan para penari Bali dalam berbagai acara budaya maupun pertunjukan. Duta-duta budaya Indonesia pun kerap membawakannya di luar negeri.

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi (? - 1967).

Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.

Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.

Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya

globalisasi

Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
[sunting] Ciri globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.


Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antarnegara menunjukkan keterkaitan antarmanusia di seluruh dunia
• Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
• Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
• Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
• Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
[sunting] Teori globalisasi
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu:
• Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
• Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
• Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
• Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
• Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
Sejarah globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Berkas:Mcdonalds oslo 2.jpg Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya [[Berkas:globalisasi
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antarbangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai kabur.]]

Tari Piring Duabelas

Tari Piring Duabelas merupakan tari pergaulan masyarakat Lampung pesisir yang beradat Saibatin.

1. Sejarah
Tari Piring Duabelas merupakan tari tradisional yang berkaitan dengan gawi adat masyarakat Lampung yang beradat Saibatin. Tari ini berasal dari Sekala Brak, kecamatan Belalau, Lampung Barat. Kemudian masyarakat dari Belalau ini melakukan migrasi ke wilayah Kota Agung (Teluk Semangka). Di Kota Agung ini tari Piring Duabelas dikembangkan menjadi empat macam tarian.
a.Tari Piring Biasa (Asli), dibawakan oleh bujang gadis (mulei mekhanai)
b.Tari Piring Buha (Buaya), dibawakan oleh mekhanai
c.Tari Piring Maju Ngekkes (Pengantin), dibawakan oleh mulei
d.Tari Piring Duabelas yang ditarikan oleh mulei/mekhanai
Tari Piring Duabelas mempunyai dua warna berbeda yang membedakan antara pangeran dan masyarakat. Warna kuning biasanya digunakan di sebelah kanan,warna ini milik pangeran/ratu. Sedangkan warna putih biasannya dikenakan di sebelah kiri, warna ini milik masyarakat Saibatin/pemilik adat.

2. Tema
Tema tarian ini yaitu menggambarkan tata cara dan kewajiban serta hak yang harus dipenuhi masyarakat Lampung Pesisir, yaitu Sebambangan/Kawin Jujukh (yaitu bujang melarikan gadis untuk di persunting)
Tarian ini menggambarkan betapa terampil dan cerianya putri-putri Lampung membawa, menyusun, dan membenahi piring.

3. Penari
Jumlah penari Tari Piring Duabelas tidak terbatas, tetapi harus ganjil minimal 1 atau 3 orang. Dahulu, tarian ini dibawakan oleh 1 orang saja.

4. Kostum/Busana
a.Kostum/busana untuk tokoh Tari Piring Duabelas : sigegh, sual cakhang, sasumping, kain penutup rambut, kain selappai Jung Sakhat, kebaya panjang warna gelap, gelang burung, pinding, gelang kana, gelang hui, babatukh, penjaja, selendang kuning, selendang putih, dan tapis.
b.Kostum/busana untuk pengiring Tari Piring Duabelas : sigegh, bunga melati, subang, babatukh, gelang burung, penjaja, pinding, gelang hui, selendang kuning, selendang putih, dan tapis.

5. Gerak
Beberapa ragam gerak pada Tari Piring Duabelas yaitu lapah, ngetir, mejong sembah, ngetir hadapan, ketekh kanan-kikhi, sabatang, balik palau, mappam bias, laga puyuh, salimpat, sakhak hibos.

6 Iringan
Tari Piring Duabelas diiringi oleh musik Penayuhan. Contoh lagu pengiringnya yaitu sbb.
Takhian sai tiusung : Tarian yang dibawakan
Takhi pikhing khua belas : Tari piring duabelas
Seni budaya lappung : Seni budaya lampung
Dang sappai haga tekas : Jangan sampai ditinggalkan

7. Tempat dan Waktu
Tempat pementasan tarian ini dilakukan di balai adat, dapat juga di panggung, lapangan terbuka, ataupun gedung-gedung apabila sudah mendapat izin berdasarkan musyawarah adat. Waktu pementasan disesuaikan dengan gawi adat dilaksanakan. Jika gawi adat dilaksanakan malam hari, maka pelaksanaan pementasan Tari Piring Duabelas setelah sholat isya. Jika gawi adat dilaksanakan siang hari, maka pementasannya dapat dilakukan menurut waktu yang ditentukan oleh panitia. Durasi tarian ini kurang lebih lima belas menit.

8. Fungsi
Tarian ini berfungsi sebagai tari hiburan, dipertunjukkan pada acara-acara pesta adat, seperti : pesta perkawinan, pesta penetapan gelar, pesta penyambutan tamu agung, dan pesta hari-hari besar nasional.

9. Makna
Keterkaitan antara gerak dan makna adalah sebagai berikut.
a.Mejong sembah menyatakan baru tiba/datang
b.Ketekh kanan-kikhi menyatakan kami akan menari
c.Balik palau menyatakan keindahan dan kerukunan masyarakat Lampung
d.Laga puyuh menyatakan bahwa di daerah Lampung hidup semboyan Sang Bumi Ruwai Jurai
e.Salimpat, artinya masyarakat Saibatin dan Pepadun harus bersatu
f.Sakhak hibos, artinya menyatukan kekeluargaan Lampung Saibatin dan Pepadun untuk hidup mufakat
g.Mejong sembah,menyatakan buguwai (menari) sudah dilaksanakan.

seni rupa zaman penjajahan

SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA

ZAMAN

HASIL KEBUDAYAAN

Jenis manusia/bangsa

Logam

M

E

G

A

L

I

T

H

I

K

U

M

Barang-barang Perhiasan

Manic-manik

Bejana

Candrasa

Nekara

Moko

Kapak corong

Menhir,

Dolmen,

Keranda batu,

Punden berunda-undak,

Arca,

Manik-manik.

Austronesia

Neolitikum

Barang-barang pehiasan

Tembikar

Kapak persegi

Kapak lonjong

Papua melanesoide

Mesolithikum

Lukisan pada dinding gua

Flakes

Alat dari tulang

Kapak pendek

Papua melanesoide

Palaeolithikum

㌌㏒琰茞ᓀ㵂Ü

Alat dari tulang dan tanduk rusa

Flakes

Choppers

Homo Wajakensis

Homo Soloensis

Pithecanthropus

Kebudayaan Megalithikum

kebudayaan megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam.

Menhir

Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu

seperti punden berundak-undak.

Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera

Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.

Punden Berundak-undak

Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah

meninggal.

Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat

penemuannya adalah Lebak Sibedug / Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.

Dolmen

Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan sajisajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.

Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut

dengan kuburan batu.

Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan/Jawa Barat, Bondowoso/Jawa Timur, Pasemah/Sumatera, dan Nusa Tenggara Timur.

Sarkofagus

Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.

Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.

Peti kubur

Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.

Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta manik-manik.

Arca batu

Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet.

Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu.

Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan).

Neolithikum

Zaman batu muda atau kebudayaan (Neo = baru).

Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dankecil.

Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.

Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon.

Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanyadipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tAnda kebesaran. Untuklebih jelasnya bentuk kapak persegi dari chalcedon,

Teknik pembuatan alat-alat perunggu pada zaman prasejarah terdiri dari 2 cara yaitu:

  1. Teknik a cire perdue

caranya adalah membuat bentuk benda yang dikehendaki dengan

lilin, setelah membuat model dari lilin maka ditutup dengan

menggunakan tanah, dan dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah

itu dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan

mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk selanjutnya

melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu, dan apabila

sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang

dikehendaki.

2. Teknik bivalve

caranya yaitu menggunakan cetakan yang ditangkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut terbuat dari batu ataupun kayu.

kebudayaan logam/perunggu di Indonesia :

Kapak Corong

Pada dasarnya bentuk bagian tajamnya kapak corong tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu .

Kapak corong disebut juga kapak sepatu, karena seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki.

Candrosa

candrosa tidak hanyaberfungsi sebagai alat pertanian/ pertukangan tetapi fungsinya diduga sebagai tanda kebesaran kepala suku dan alat upacara keagamaan. Hal ini karena bentuknya yang indah dan penuh dengan hiasan.

Daerah penyebaran kapak corong di Indonesia adalah Sumatra Selatan, Jawa, Bali,Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, pulau Selayar serta Irian dekat Danau

Sentani.

Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel, karena bentuknya semacam berumbung, yang terbuat dari perunggu yang berpinggang dibagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci.

Di daerah asalnya Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status, sehingga apabila pemilikya meninggal, maka dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur.

Sedangkan di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja

antara lain ditabuh untuk memanggil arwah/roh nenek moyang, dipakai sebagai

genderang perang dan dipakai sebagai alat memanggil hujan.

Daerah penemuan Nekara di Indonesia antara lain, pulau Sumatera, Pulau Jawa,

Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean, Pulau Roti dan pulau Kei serta pulau

Selayar.

Di antara nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam

sehingga melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan

kebudayaan yang ada pada masyarakat prasejarah. Pada umunya nekara yang

ditemukan di Indonesia ukurannya besar-besar, contoh nekara yang ditemukan di

desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis

tengahnya 1,60 meter, nekara tersebut dianggap suci, sehingga ditempatkan di Pure

Penataran Sasih. Dalam bahasa bali sasih artinya bulan, maka nekara tersebut

dinamakan nekara Bulan Pejeng.

Nekara yang ditemukan di pulau Alor. Yang bentuknya disebut dengan Moko.

Fungsi Moko selain sebagai benda pusaka, juga dipergunakan sebagai mas kawin.

Arca perunggu

Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk beranekaragam, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang.

Pada umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai Liontin/bandul kalung.

Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Bangkinang (Riau), Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor).

Bejana Perunggu

Bejana perunggu di Indonesia ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura,

yang bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng.

Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah

berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.

Perhiasan Perunggu

Jenis perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya yaitu seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar (mata uang).

Manik manik

Manik -manik yang berasal dari jaman perunggu ditemukan dalam jumlah yang

besar sebagai bekal kubur, sehingga memberikan corak istimewa pada zaman

perunggu.

Palaeolithikum

Palaeolithikum (Palaeo = tua, Lithos= batu),

Alat-alat tulang dantanduk rusa dari Ngandong.

Flakes dari Sangiran. Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau

peninggalan zaman Palaeolithikum yang ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald tahun 1935 di Pacitan dan diberi nama dengan kapak genggam, karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam. Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, atau dalam ilmu prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.

Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu

sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.

chopper artinya alat penetak. Alat dari Pacitan chopper artinya alat penetak. Alat dari Pacitan .

Kebudayaan Mesolithikum

zaman batu madya atau kebudayaan Mesolithikum (Meso = tengah)

Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Palaeolithikum,

tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zaman tersebut sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang disebut dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris sous Roche.

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah.

jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur.

Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil.

Kjokkenmoddinger ditemUkan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap.

Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba

Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr.Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo JawaTimur.

pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas.

Lukisan pada dinding gua zaman mesolithikum banyak dihubungkan dengan

keagamaan, karena lukisannya banyak menggunakan warna merah (warna darah).

Warna merah dianggap memiliki kekuatan magis/gaib.

Seni Rupa Zaman Penjajahan

Hingga Zaman Modern

Perkembangan seni rupa sangat mudah dilacak dari bukti hasil karya yang tertinggal pada setiap tahapan zaman

Raden Saleh

Raden saleh syarif bustaman, lewat pamannya bupati terbaya semarang menjadi murid A.A.J. Payen ( pelukis keturunan Belgia) yang saat itu bekerja pada pusat penelitiaan pengetahuan dan keseniaan pemerintah Belanda di bogor.

terkenal sebagai perintis seni rupa modern yang berlangsung dari Tahun 1807- 1880

Tahun 1828-1839 raden saleh belajar melukis di Nederland, 1845 belajar lukisan potret di Jerman.

Tahun 1851 kembali ketanah air.

Tema yang diangkat

  1. Melukis potret atau wajah, terutama kalangan bangsawan
  1. Kehidupan binatang
  1. Pemandangan alam

Ketiga ciri tersebut melahirkan mazhab Mooi indie, Hindia molek, Hindia Jelita (1925)

Hindia molek “ Mooi Indie”/ Hindia Jelita (1925-1938)

Merupakan kelanjutan dari tokoh Raden Saleh.

Tokoh: R.Abdullah Suriosubroto, Wakidi, dan M.Pirngadi.

Luar : Adolf, Locatelli,Sayer, R. Bonet, Le Mayeur, danHans S.

- Karya-karya bercorak naturalis, realis

- Kunstkring adalah kelompok pelukis asing.

- Budi Utomo(1908)

Abdullah putra Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai

perintis Pergerakan Nasional.

- Tahun 1922 Ki Hajar Dewantoro Mendirikan Taman siswa

- Tahun 1928 Tercetus Sumpah Pemuda

- PERSAGI (1938-1942)

Tokoh : Basuki Abdullah, R.j. Katamsi, Safei sumarja,

Agus Djaja, S.Sudjono

Seni Rupa Zaman Penjajahan Jepang , awal Republik

Persagi Bubar Tahun 1942 , dilanjutkan dengan POETERA (Poesat Tenaga Rakyat ) Dengan Tokoh Empat Serangkai Soekarno, Hatta, Mas Mansyur, Ki Hajar Dewantara

Karya seni Rupa Pada Zaman ini bertemakan perjuangan dan realitas kehidupan social.

PERKEMBANGAN SENI INDONESIA

SETELAH KEMERDEKAAN

tahun 1945 di Yogyakarta telah berdiri “ Pusat Tenaga Pelukis Indonesia ( PTPI ) dengan pimpinan Djangesmoro. Anggotanya terdiri dari : Sindusisworo, Indro Sogondho,dan Prawiro. Kegiatannya adalah mengadakan kursus-kursus menggambar,dan membuat poster-poster perjuangan.

Tahun 1946 ibu kota pindah ke Yogyakarta. Karena itulah para seniman Jakarta, dan Bandung pindah ke Yogyakarta. Pada tahun inilah lahir “Seniman Masyarakat” yang dipimpin oleh Affandi.

menjadi SIM “ Seniman Indonesia Muda” dan pimpin oleh S. Sudjojono. Anggota SIM antara lain: Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, Sudiardjo, Trubus, Setjojoso, Dullah, Kartono Yudhokusumo, Basuki resobowo, dll.

Tahun 1947 SIM berubah Menjadi “pelukis rakyat

Tahun 1950 Pelukis Rakyat berubah menjadi “ Pelukis Indonesia” dengan tambahan anggota, antara lain: Bagong Kussudiarjdo, Sentot, Gambir Anom, Michael Wowor, Kusnadi, Nasyah Djamin, dll.

Tahun 1948 di Jakarta berdiri “Gabungan Pelukis Indonesia

Sementara itu di Medan berdiri “Angkatan Seni Rupa Indonesia” (ASRI), di Bukit Tinggi berdiri “SEMI” ( Seniman Muda Indonesia).

Tanggal 15 Januari 1950 Berdiri ASRI Yogyakarta,

sementara di Bandung Bergabung dengan ITB.

SENI kontemporer 1950-1990

Lahirnya ASRI di Yogya, dan Bagian Arsitekstur dan Seni Rupa pada Institut Teknologi di Bandung. Awal lahirnya seni rupa kontemporer.

GAYA LUKISAN ERA 50-AN

Yogya:

warna yang suram, tekanannya pada ekspresi(…seni itu jiwa yang ketok, kata sodjojono), dan kepeduliaan akan suasana kehidupan rakyat kecil(Hendra). Ekspresionalistik

Bandung:

Mengutamakan unsur-unsur kebentukan (Jasa ries Mulder), Warna yang manis,objek atau tema tidak perlu benar ( pemandangan, alam benda) . Formalistik