Rabu, 12 Mei 2010

seni rupa zaman penjajahan

SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA

ZAMAN

HASIL KEBUDAYAAN

Jenis manusia/bangsa

Logam

M

E

G

A

L

I

T

H

I

K

U

M

Barang-barang Perhiasan

Manic-manik

Bejana

Candrasa

Nekara

Moko

Kapak corong

Menhir,

Dolmen,

Keranda batu,

Punden berunda-undak,

Arca,

Manik-manik.

Austronesia

Neolitikum

Barang-barang pehiasan

Tembikar

Kapak persegi

Kapak lonjong

Papua melanesoide

Mesolithikum

Lukisan pada dinding gua

Flakes

Alat dari tulang

Kapak pendek

Papua melanesoide

Palaeolithikum

㌌㏒琰茞ᓀ㵂Ü

Alat dari tulang dan tanduk rusa

Flakes

Choppers

Homo Wajakensis

Homo Soloensis

Pithecanthropus

Kebudayaan Megalithikum

kebudayaan megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam.

Menhir

Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu

seperti punden berundak-undak.

Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera

Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.

Punden Berundak-undak

Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah

meninggal.

Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat

penemuannya adalah Lebak Sibedug / Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.

Dolmen

Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan sajisajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.

Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut

dengan kuburan batu.

Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan/Jawa Barat, Bondowoso/Jawa Timur, Pasemah/Sumatera, dan Nusa Tenggara Timur.

Sarkofagus

Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.

Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.

Peti kubur

Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.

Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta manik-manik.

Arca batu

Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet.

Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu.

Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan).

Neolithikum

Zaman batu muda atau kebudayaan (Neo = baru).

Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dankecil.

Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.

Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon.

Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanyadipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tAnda kebesaran. Untuklebih jelasnya bentuk kapak persegi dari chalcedon,

Teknik pembuatan alat-alat perunggu pada zaman prasejarah terdiri dari 2 cara yaitu:

  1. Teknik a cire perdue

caranya adalah membuat bentuk benda yang dikehendaki dengan

lilin, setelah membuat model dari lilin maka ditutup dengan

menggunakan tanah, dan dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah

itu dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan

mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk selanjutnya

melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu, dan apabila

sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang

dikehendaki.

2. Teknik bivalve

caranya yaitu menggunakan cetakan yang ditangkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut terbuat dari batu ataupun kayu.

kebudayaan logam/perunggu di Indonesia :

Kapak Corong

Pada dasarnya bentuk bagian tajamnya kapak corong tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu .

Kapak corong disebut juga kapak sepatu, karena seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki.

Candrosa

candrosa tidak hanyaberfungsi sebagai alat pertanian/ pertukangan tetapi fungsinya diduga sebagai tanda kebesaran kepala suku dan alat upacara keagamaan. Hal ini karena bentuknya yang indah dan penuh dengan hiasan.

Daerah penyebaran kapak corong di Indonesia adalah Sumatra Selatan, Jawa, Bali,Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, pulau Selayar serta Irian dekat Danau

Sentani.

Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel, karena bentuknya semacam berumbung, yang terbuat dari perunggu yang berpinggang dibagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci.

Di daerah asalnya Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status, sehingga apabila pemilikya meninggal, maka dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur.

Sedangkan di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja

antara lain ditabuh untuk memanggil arwah/roh nenek moyang, dipakai sebagai

genderang perang dan dipakai sebagai alat memanggil hujan.

Daerah penemuan Nekara di Indonesia antara lain, pulau Sumatera, Pulau Jawa,

Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean, Pulau Roti dan pulau Kei serta pulau

Selayar.

Di antara nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam

sehingga melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan

kebudayaan yang ada pada masyarakat prasejarah. Pada umunya nekara yang

ditemukan di Indonesia ukurannya besar-besar, contoh nekara yang ditemukan di

desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis

tengahnya 1,60 meter, nekara tersebut dianggap suci, sehingga ditempatkan di Pure

Penataran Sasih. Dalam bahasa bali sasih artinya bulan, maka nekara tersebut

dinamakan nekara Bulan Pejeng.

Nekara yang ditemukan di pulau Alor. Yang bentuknya disebut dengan Moko.

Fungsi Moko selain sebagai benda pusaka, juga dipergunakan sebagai mas kawin.

Arca perunggu

Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk beranekaragam, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang.

Pada umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai Liontin/bandul kalung.

Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Bangkinang (Riau), Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor).

Bejana Perunggu

Bejana perunggu di Indonesia ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura,

yang bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng.

Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah

berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.

Perhiasan Perunggu

Jenis perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya yaitu seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar (mata uang).

Manik manik

Manik -manik yang berasal dari jaman perunggu ditemukan dalam jumlah yang

besar sebagai bekal kubur, sehingga memberikan corak istimewa pada zaman

perunggu.

Palaeolithikum

Palaeolithikum (Palaeo = tua, Lithos= batu),

Alat-alat tulang dantanduk rusa dari Ngandong.

Flakes dari Sangiran. Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau

peninggalan zaman Palaeolithikum yang ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald tahun 1935 di Pacitan dan diberi nama dengan kapak genggam, karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam. Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, atau dalam ilmu prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.

Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu

sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.

chopper artinya alat penetak. Alat dari Pacitan chopper artinya alat penetak. Alat dari Pacitan .

Kebudayaan Mesolithikum

zaman batu madya atau kebudayaan Mesolithikum (Meso = tengah)

Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Palaeolithikum,

tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zaman tersebut sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang disebut dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris sous Roche.

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah.

jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur.

Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil.

Kjokkenmoddinger ditemUkan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap.

Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba

Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr.Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo JawaTimur.

pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas.

Lukisan pada dinding gua zaman mesolithikum banyak dihubungkan dengan

keagamaan, karena lukisannya banyak menggunakan warna merah (warna darah).

Warna merah dianggap memiliki kekuatan magis/gaib.

Seni Rupa Zaman Penjajahan

Hingga Zaman Modern

Perkembangan seni rupa sangat mudah dilacak dari bukti hasil karya yang tertinggal pada setiap tahapan zaman

Raden Saleh

Raden saleh syarif bustaman, lewat pamannya bupati terbaya semarang menjadi murid A.A.J. Payen ( pelukis keturunan Belgia) yang saat itu bekerja pada pusat penelitiaan pengetahuan dan keseniaan pemerintah Belanda di bogor.

terkenal sebagai perintis seni rupa modern yang berlangsung dari Tahun 1807- 1880

Tahun 1828-1839 raden saleh belajar melukis di Nederland, 1845 belajar lukisan potret di Jerman.

Tahun 1851 kembali ketanah air.

Tema yang diangkat

  1. Melukis potret atau wajah, terutama kalangan bangsawan
  1. Kehidupan binatang
  1. Pemandangan alam

Ketiga ciri tersebut melahirkan mazhab Mooi indie, Hindia molek, Hindia Jelita (1925)

Hindia molek “ Mooi Indie”/ Hindia Jelita (1925-1938)

Merupakan kelanjutan dari tokoh Raden Saleh.

Tokoh: R.Abdullah Suriosubroto, Wakidi, dan M.Pirngadi.

Luar : Adolf, Locatelli,Sayer, R. Bonet, Le Mayeur, danHans S.

- Karya-karya bercorak naturalis, realis

- Kunstkring adalah kelompok pelukis asing.

- Budi Utomo(1908)

Abdullah putra Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai

perintis Pergerakan Nasional.

- Tahun 1922 Ki Hajar Dewantoro Mendirikan Taman siswa

- Tahun 1928 Tercetus Sumpah Pemuda

- PERSAGI (1938-1942)

Tokoh : Basuki Abdullah, R.j. Katamsi, Safei sumarja,

Agus Djaja, S.Sudjono

Seni Rupa Zaman Penjajahan Jepang , awal Republik

Persagi Bubar Tahun 1942 , dilanjutkan dengan POETERA (Poesat Tenaga Rakyat ) Dengan Tokoh Empat Serangkai Soekarno, Hatta, Mas Mansyur, Ki Hajar Dewantara

Karya seni Rupa Pada Zaman ini bertemakan perjuangan dan realitas kehidupan social.

PERKEMBANGAN SENI INDONESIA

SETELAH KEMERDEKAAN

tahun 1945 di Yogyakarta telah berdiri “ Pusat Tenaga Pelukis Indonesia ( PTPI ) dengan pimpinan Djangesmoro. Anggotanya terdiri dari : Sindusisworo, Indro Sogondho,dan Prawiro. Kegiatannya adalah mengadakan kursus-kursus menggambar,dan membuat poster-poster perjuangan.

Tahun 1946 ibu kota pindah ke Yogyakarta. Karena itulah para seniman Jakarta, dan Bandung pindah ke Yogyakarta. Pada tahun inilah lahir “Seniman Masyarakat” yang dipimpin oleh Affandi.

menjadi SIM “ Seniman Indonesia Muda” dan pimpin oleh S. Sudjojono. Anggota SIM antara lain: Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, Sudiardjo, Trubus, Setjojoso, Dullah, Kartono Yudhokusumo, Basuki resobowo, dll.

Tahun 1947 SIM berubah Menjadi “pelukis rakyat

Tahun 1950 Pelukis Rakyat berubah menjadi “ Pelukis Indonesia” dengan tambahan anggota, antara lain: Bagong Kussudiarjdo, Sentot, Gambir Anom, Michael Wowor, Kusnadi, Nasyah Djamin, dll.

Tahun 1948 di Jakarta berdiri “Gabungan Pelukis Indonesia

Sementara itu di Medan berdiri “Angkatan Seni Rupa Indonesia” (ASRI), di Bukit Tinggi berdiri “SEMI” ( Seniman Muda Indonesia).

Tanggal 15 Januari 1950 Berdiri ASRI Yogyakarta,

sementara di Bandung Bergabung dengan ITB.

SENI kontemporer 1950-1990

Lahirnya ASRI di Yogya, dan Bagian Arsitekstur dan Seni Rupa pada Institut Teknologi di Bandung. Awal lahirnya seni rupa kontemporer.

GAYA LUKISAN ERA 50-AN

Yogya:

warna yang suram, tekanannya pada ekspresi(…seni itu jiwa yang ketok, kata sodjojono), dan kepeduliaan akan suasana kehidupan rakyat kecil(Hendra). Ekspresionalistik

Bandung:

Mengutamakan unsur-unsur kebentukan (Jasa ries Mulder), Warna yang manis,objek atau tema tidak perlu benar ( pemandangan, alam benda) . Formalistik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar